Insiden 13 Agustus' Versi Malaysia

Menurut pejabat Malaysia, sejak 2005 terdapat 12 kasus pelanggaran perbatasan maritimKamis, 26 Agustus 2010, 14:56 WIBRenne R.A Kawilarang

Tiga Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan yang sempat ditahan Malaysia (ANTARA/Asep Urban)BERITA TERKAITSoal Malaysia, Hatta Serahkan ke Menko Polkam

VIVAnews - Pemerintah Malaysia bersikeras bahwa tujuh nelayan yang tertangkap petugas Indonesia berada di perairan mereka. Malaysia bahkan bersikukuh bahwa nelayan tersebut tidak akan tersesat memasuki perairan Indonesia karena kapal mereka telah dilengkapi dengan perangkat global positioning system (GPS).

Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Badan Pertahanan Nasional Malaysia Datuk Mohamed Tajudeen Abdul Wahab kepada media massa di Malaysia, mengacu pada insiden 13 Agustus 2010. Menurutnya dia, berbeda dengan klaim dari Jakarta, saat itu justru kapal Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Indonesia yang memasuki perairan Malaysia.

“Kapal Indonesia, Lumba-lumba 015, memasuki perairan Malaysia dekat Tanjung Punggai, Kota Tinggi, yang berjarak 14 mil laut dari Batam, Indonesia,” ujar Tajudeen seperti yang dikutip harian The New Straits Times.

Wabah menuturkan, di lokasi tersebut, petugas DKP menghentikan lima kapal nelayan kelas A, dengan 15 nelayan di dalamnya pada pukul 9.30 malam. Menurut Tajudeen, para nelayan yang berasal dari Sungai Rengit, Johor, ini dibebaskan pada tanggal 17 Agustus setelah pemerintah Indonesia kekurangan bukti yang menunjukkan bahwa nelayan-nelayan ini mengambil ikan di perairan Indonesia.

“Nelayan yang ditangkap adalah yang dibawa ke kapal Lumba-lumba 015, sementara delapan lainnya masih di kapal mereka,” ujar Tajudeen.

Tajudeen mengatakan bahwa setelah penangkapan, polisi air Malaysia langsung diperintahkan untuk menuju lokasi kejadian. Dua kapal polisi air, PC 9 dan PSC 26, yang diketuai oleh asisten inspektur Ahmad Amri Abdul Rahman, yang menerima tugas tersebut.

Mereka menemukan kelima kapal Malaysia beserta kapal Lumba-lumba pada pukul 10.45. Lokasi kapal-kapal ini berjarak 0,4 mil laut dari Middle Rock, yang merupakan wilayah Malaysia..

Ketika diperintahkan untuk berhenti, kapal Lumba-lumba tidak mengindahkannya dan malah menuju Batam di perairan Indonesia, walaupun dua kali tembakan peringatan telah dilepaskan oleh polisi air Malaysia.

Polisi air Malaysia menemukan tiga anggota DKP sedang bersembunyi di ruang mesin salah satu kapal nelayan Malaysia.

“Salah satu dari mereka sudah melepaskan seragam, sistem GPS di kapal tersebut juga telah dirusak,” ujar Tajudeen.

Tajudeen mengatakan bahwa petugas yang tertangkap menghubungi temannya untuk melakukan penukaran mereka dengan para nelayan. Namun hal ini ditolak oleh para polisi air Malaysia.

“Polisi air Malaysia menolaknya karena peristiwa itu terjadi di perairan Malaysia,” jelas Tajudeen.

Tajudeen mengatakan sejak tahun 2005 sampai bulan Agustus tahun ini, terdapat 12 kasus pelanggaran perbatasan oleh petugas Indonesia di perairan Johor. (Denny Armandhanu)

• VIVAnews
 
dari : http://dunia.vivanews.com/news/read/173530--insiden-13-agustus--versi-malaysia